Masukkan kata kunci

Sabtu, 22 Desember 2012

Kasihannya teman saya . .

Subhanallah banget ya, punya teman yang tabah & tegarnya luar biasa. Dia punya prinsip, sehingga tak jarang terkadang banyak orang yang tak sejalan dengan pemikirannya, bahkan, tehadap yang lebih dewasa sekalipun. Ceria & humoris, namun agak sedikit tertutup. Lebih suka menyendiri dibanding berkumpul bersama teman-temannya. Sudah banyak orang yang mengomentari negatif terhadap dirinya, namun, tak sedikit pula orang yang mendukung komitmennya dalam hidup.

"Kok lo nggak ngumpul tadi?" tanya temannya dia.
"Nggak. Untuk apa kumpul kalau toh akhirnya tugas nggak kelar juga. Mending sendiri kan, selesai, baru kumpul, sharing," jawabnya.

Ya, sedikit individualis. Ia berpikir, meski itu tugas kelompok & membutuhkan kerjasama, namun kumpul tapi tak kunjung selesai, lebih baik menyelesaikan sendiri dulu, baru kumpul untuk didiskusikan. Makanya, tak heran jika jarang orang yang mengajak ia dalam kelompok.

Suatu hari .. 
"Zi, gua mau curhat!" suaranya tiba-tiba mengagetkan saya.
"Kenapa?" saya terheran-heran mendengarnya.
"Gua . .Gua . .suka sama orang,"
"Siapa?"
"Ada lah pokoknya,"
"Hmbbbb . .OK, kalau nggak mau kasih tahu nggak papa. Udah, curhatnya itu doang ?"
"Ada lagi Zi . ."
"Apaan emang?"
"Aduh Zi,. Gua  . .. ,"
"Loh??? Santai aja kali. Nggak akan buka mulut kalau curhatan orang mah saya nya,"
"Gua cabut dulu Zi. Kalau udah siap mental, gua lanjutin curhatnya," ujarnya setengah berlari.
"Yoyoi." Aneh, pikir saya. Mau curhat aja kok nunggu siap mental, kayak apa aja!
 - - -
Gua pingin ketemu lo. Gua tunggu di depan. Ada hal yang perlu diomongin., pesan masuk darinya ke HP saya membuat saya bersemangat. Mudah-mudahan, dia udah siap mental.
". . . Jadi gitu ceritanya Zi," ucapnya sedih.
" Owh, kalau gitu, ya udah, nggak usah lagi ingat dia. Ingat ALLAH aja," saran saya cengar cengir.

Jadi readers, teman saya itu suka dengan orang. Orangnya juga menanggapi. Kalau dari cerita dia, saya rasa mereka saling mengetahui perasaan masing-masing. Cukup lama mereka berkomunikasi, akhirnya, teman saya diberitahu oleh soulmate nya kalau orang yang dia suka, berbagi rasa pula terhadap orang lain, bahkan sudah menjalin hubungan, sejak teman saya belum suka dengannya. Maksud, nggak ?

Ya ALLAH teman saya ni. Mau cerita gitu aja kok pake mental.?! Saya pikir teman saya cerita tentang masalah pribadinya kategori kelas berat, ternyata, teman saya broken heart karena di PHP in ama orang yang dia suka.

 Seketika saya teringat dia saat curhat tadi mengatakan dengan suara agak meninggi . .
"Gua nggak habis pikir kenapa dia bisa sebegitunya PHP in gua! Kenapa nggak bilang dari awal kalau emang dia masih pacaran?!"

      

 

"Bu, maafin teteh Bu .. "

"Yaela, cuma ama nyokap lo doang ini. Bilang aja tugas sekolah," saran Bela.
"Oke dech. Yaudah, tunggu gua ya," Zi memutuskan.
Tuuut . .Tuuut . .
"Halo,. Bu, maaf ya, teteh Minggu ini nggak bisa pulang, soalnya ada tugas sekolah yang harus dikerjain. Tugas kelompok, dikerjain besok," jelas Zi otp kepada Ibu nya.
"Iya Nak. Nggak papa. Belajar yang rajin ya," doa Ibu Zi, nun jauh di sana.
Jantung Zi berdesir. Kebohongan yang ia ucap pun, ditanggapi, bahkan didoakan oleh Ibunya. Astaghfirullah,,, seandainya . . 
"Zi, lo nggak papa kan?" Bela mengejutkan Zi.
"Oh, eh, nggak papa. Cabut yuk," ajak Zi.
 - - -
Zi tinggal di sebuah indekost yang tidak terlalu jauh dari sekolahnya, SMANDING. Memakan waktu sekitar 1 jam 45 menit lah, dari rumah hingga indekostnya. Setiap Minggu, ia bisa dengan bebas memilih untuk pulang ke kampung halamannya atau tidak, karena memang jarak yang tidak terlalu jauh & transportasi yang cukup lancar. Ia memang sengaja memilih merantau untuk Sekolah Lanjutan, karena selain keinginan orangtuanya pun, Zi sudah bertekad untuk belajar mandiri sejak dini. Hal ini terbukti ketika umur 7 tahun, ia diantar oleh ayahnya ke rumah nenek di Cilegon, Banten untuk menghabiskan liburan di sana bersama sanak saudara. Kemudian Zi ditinggal pulang ke Lampung oleh ayahnya, setelah cukup, baru dijemput kemudian. Subhanallah. . Zi hanya tersenyum sendiri membayangkan hal itu.

Hari itu, Zi pergi sekolah seperti biasa. Di sekolah, hampir semua mata pelajaran yang diajarkan hari itu, tidak lebih dari 50 % yang ia tangkap, per masing-masing mata pelajaran. Ketika lonceng sekolah berbunyi, menandakan berakhirnya KBM, seketika itu juga Zi bergegas tanpa memikirkan gurunya yang sedang menjelaskan di depan kelas. Ia pulang sekolah dengan terburu-buru. Jalanan sepi. Hanya terik matahari yang menemani langkahnya & debu-debu yang beterbangan seolah menghalangi langkah Zi untuk cepat sampai di rumah. Terowongan rel kereta api yang menjadi jalur menuju rumah Zi tampak berbeda suasana nya saat dilihat Zi dari kejauhan. Ya ! Tampak sesosok manusia mengendarai kereta menuju ke arahnya. Semakin mendekat. . mendekat . .dan . .
"Berhenti.!" Teriak Zi.
Seketika kereta berhenti di hadapan Zi.
"Saya ingin menumpangi kereta itu karena rumah saya masih jauh. Ayolah, kasihani saya. Beri saya tumpangan," pinta Zi pada kusir kereta itu.
Sang kusir menoleh ke arah Zi, menatapnya lekat-lekat seolah-olah ingin mengucapkan sesuatu.
"Segera pulang. Keluarga menunggumu di rumah," ucap sang Kusir, sembari berlalu meninggalkan Zi yang berdiri terpaku.
"Tungguuuuuuuuuuuuu . ." Zi geram. Mengapa kusir itu tak memberi saya tumpangan, padahal ia tahu keluarga saya menunggu di rumah? Aaarrrrgh ! Sial ! pikir Zi.
Zi setengah berlari melanjutkan perjalananannya. Sudah tampak rumahnya dari kejauhan. Namun, mengapa ada yang berbeda ? Bendera kuning yang tertancap di salah satu sudut halaman rumahnya, ditambah kerumunan orang-orang, makin membuat jantung Zi berdegup kencang.
"Mama.!" Zi menerobos masuk kerumunan dan...
Buk !
Zi terbangun dari tidurnya. Huft, alhamdulillah. Syukur, hanya mimpi, batinnya. Ia termenung, membayangkan mimpi yang baru saja dialaminya. Ya ALLAH, seberapa banyak dosa yang telah hamba lakukan terhadap beliau ???
---
"Gua pulkam hari ini Bel," seru Zi dengan mata berbinar ketika bertemu Bela, teman sebangkunya yang amat unik di mata Zi.
"Jangan lupa, oleh-oleh,"pesan Bela.
"Kayak mau kemana aja.?! Lusa juga ketemu," timpal Zi.
"Nah, justru karena itu, makanannya bisa langsung cepat dimakan, nggak nunggu lama-lama," seloroh Bela tak mau kalah.
Memang, sahabat Zi yang satu ini, masih saja tetap berperawakan kurus, bahkan bisa dibilang kerempeng oleh Zi, karena meski sudah makan dan ngemil berkali-kali, tetap saja berat badannya berkisar di bawah 45 kg.! Miris!

Pukul 19.30 WIB.
Zi sampai di surganya, sesuai dengan pepatah, rumahku, surgaku, begitu pikirnya. Setelah berbenah, ia teringat mimpinya beberapa waktu lalu.
"Ibu, teteh sayang dech ama Ibu," ucap Zi pada Ibunya ketika keluarga Zi berkumpul di ruang tamu.
"Kenapa kali teteh ni?" Ibu Zi terheran-heran.
Memang, keluarga Zi menganggap hal itu seperti hal yang agak aneh jika diutarakan. Ayah Zi berprinsip, "Kalau memang memiliki perasaan, tujuan & impian, maka bertindak.! Tak perlu menggunakan & mengungkapkan dengan kata-kata, apa yang dirasakan & diinginkan, tapi, tunjukkan dengan tindakan!" Cukup membuat diri Zi beserta adik-adiknya terbiasa memendam apa yang dirasakan & diinginkan.
Esok sorenya, Zi harus kembali ke indekost nya, melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelajar, belajar.
"Ibu, teteh balik ya. Ibu hati-hati disini, jaga kesehatan," ucap Zi.
"Iya Nak. Teteh juga disana hati-hati, jaga kesehatan, makan yang banyak dan teratur. Belajar yang benar, biar cita-citanya tercapai. Ibu sama Bapak disini nggak tahu teteh disana kayak mana, tapi ALLAH Maha Tahu apa yang teteh lakuin," pesan Ibu Zi.
Zi terdiam, menatap wajah Ibunya lekat-lekat, mencium tangan, memeluknya seolah tak ingin lepas dari sosok yang telah membentuk dirinya hingga kini.

Bus yang membawa Zi menuju indekostnya membuat Zi menerawang masa lalunya.
"Kenapa Ibu nggak ngebolehin teteh maen? Teman-teman teteh boleh ama orangtuanya, kenapa Ibu nggak?" bentak Zi sembari menangis di Ruang Tamu rumahnya.
"Ibu bukan nggak ngebolehin maen lah nak, tapi teteh bobok siang dulu. Ntar Bapak pulang, senang ngeliat teteh nurut," jelas Ibu Zi dengan sabar.
"Ibu mah jahat, nggak kayak Ibu teman-teman teteh yang lain, pada baik-baik semua," Tangis Zi semakin keras. Zi berlari menuju kamarnya, menabrak ibunya yang menghalanginya.
"Teh, nggak boleh gitu ama Ibu. Teh, , , Teh . ." Ibu Zi memanggil manggil Zi yang langsung menutup pintu kamarnya.
Zi terisak di tempat tidurnya, kesal. Menghela napas dan tiba-tiba terlintas pikiran,
Mengapa saya tega melakukan hal itu terhadap Ibu, padahal, nggak boleh durhaka ama orangtua, ntar dikutuk kayak Malin Kundang.?
Segera Zi beranjak dari tempat tidurnya, keluar kamar menghampiri Ibunya yang terduduk di Ruang Tamu.
"Bu, maafin teteh Bu .." ucap Zi membuyarkan lamunan Ibunya. Ibunya menoleh, menatap Zi dengan penuh kasih sayang. Bagaimana Zi mendurhakai sosok yang tak pernah menuntut balas atas kebaikan yang beliau lakukan terhadap Zi ?
"Ibu, maafin teteh udah bentak bentak Ibu. Iya, teteh bakal nurut ama Ibu. Teteh bobok siang," isak Zi meminta maaf pada Ibunya.
"Iya, Ibu juga udah maafin,." senyum Ibu Zi semakin membuat Zi bersalah.
"Ibu, maafin. Teteh udah salah sama Ibu. teteh jahat sama Ibu," tangis Zi semakin keras.
Ibu Zi merangkulnya, memeluk Zi erat-erat seolah mengatakan bahwa beliau sudah memaafkan Zi sebelum Zi meminta maaf.

Ya, itu masa lalunya dulu, saat ia masih berumur 5-7 th. Saat ia masih dengan sangat mudah meminta maaf & mengakui kesalahan pada Ibunya. Tapi kini ??? Di usia Zi yang 17 th, Jangankan meminta maaf,  berkata jujur pun sudah sangat sulit dilakukan, apalagi mengakui kesalahan. Gengsi terhadap apa yang telah kita perbuat, apalagi meminta maaf kepada Ibunya, seolah diri Zi di posisi kalah. Zi pun tak ingat, kapan terakhir kali ia mengakui kesalahan & meminta maaf terhadap Ibunya.
Astaghfirullahaladzim ! 
   
Rinai  hujan yang menetes di kaca jendela bus yang ditumpangi Zi, seakan bertanya kepada Zi, "kapan kau akan meminta maaf atas kesalahanmu terhadap Ibumu seperti dulu lagi?"
Saat itu, Zi sangat ingin menemui Ibunya dan berkata . . 
"Bu, maafin teteh Bu .. "
 

     

Sabtu, 15 Desember 2012

Perasaan & "perasaan"

Astaghfirullah bngt dech pokok ny .. 
Klo ud ngomongin perasaan tu,  bs jd zina hati, iri, dengki, dsj. Gg cuma hti aj, tp bs mulut, otak, tngn, kaki, dll . . Parah banget dah dampak nya !
Tapi gini, setiap aktivitas yang kita lakuin, pasti melibatkan perasaan. Jadi, mustahil banget , kalau kita menghindari, bahkan meniadakan perasaan tersebut.
Masalahnya adalah, bagaimana kita mengkondisikan perasaan dalam setiap suasana kehidupan kita. ? Nah Lho ! Kalau ud bw kehidupan tu rasanya berat banget ! Ok, gini . Menurut buku yang saya baca (ceile), kalau kita ud ngerasa perasaan kita gg cocok am suasana aktivitas yg kita lakuin, TARIK NAPAS ! Y, dengan begitu, proses penghembusan napas itu membawa perasaan yang gg cocok dlm tubuh kita. Y, kyk air membawa racun gtu . .Sama aj kyk udara membawa rasa . .(Hazek!) B-)

Ok itu perasaan. Sekarang, klo "perasaan", gmn ? Beda y ? Begini . .
Perasaan kagum. Hmbh, yg satu ni, awal mula segalanya (menurut saya). Manajemen nya gmn ? simple ! Tutup mata, benci dy ! Lho ? Gg . . Gg .. Becanda !
Jadi gmn nich ? Itu boleh, tapiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii . .(ad tpi ny). Gg  boleh terhanyut ampe pikiran ! Jd, kunci ny, klo puny "rasa" itu, jngn ampe kbwa, aplgi kbwa "pikiran". Karena, klo "perasaan" itu ud msuk "pikiran", oleh otak bakal di save & jd slh satu file dlm memory kita, shg, akn jd list yg trus menerus update. Astaghfirullah .. 

Cukup sebatas "rasa", jangan ampe "makna". !  



  
 

Realistis , Sistematis

Memang ndak bisa dipungkiri kalau ternyata alur & jenis pemikiran kita berbeda. Mungkin karena faktor usia. Tapi, harusnya bisa sama-sama lebih memahami & mengerti kalau kita memang harusnya beradaptasi karena perbedaan pola pemikiran kita.

Saya memandang suatu hal sesuai dengan fakta yang ada, termasuk baik buruk nya nanti, terlebih, keadaan lingkungan yang memang sebaya dengan saya. Jadi, jangan salahkan saya kalau semisal saya membuat & mengambil keputusan seperti itu. Realistis saja lah !

Kalau anda, mungkin karena memang sudah berpengalaman. Saya pahami itu, karena sudah banyak makan asam garam kehidupan, sehingga tahu alur pemikiran yang ada, yang mungkin juga sesuai dengan fakta. Tapi, kita lihat keadaannya.! Perhatikan juga keadaan lingkungan sekitar, kemauan konsumen bagaimana. Harus kita pertimbangkan juga! Jadi jangan lakukan itu secara step by step ! Langsung ambil tindakan, sehingga semua terselesaikan ! Sudah, itu saja ! Sistematis itu ada waktunya !

Saya tahu, yang anda lakukan sesuai dengan prosedur, mengikuti aturan, dll. Tapi, apa kita harus menunggu hingga tahap terakhir, baru kita selesaikan ? TIDAK, kan ? Jangan pernah membuat orang lain tersiksa dengan cara & kemauan kita ! Sudah cukup kita yang jadi korban, jangan lagi orang lain, terlebih konsumen. !

Saya harap anda mengerti kemauan saya & saya pun mencoba mengerti kemauan anda! Karena saya yakin, kita BISA, menyatukan perbedaan pola pemikiran kita untuk kemajuan yang lebih baik !
terimakasih :)



  




Sabtu, 03 November 2012

kalimat labil

Dahsyat !

Masa lalu yang mengganggu berefek pada bergulirnya waktu !
Semakin mengingat masa lalu (apalagi yang mendung-mendung kelam), maka semakin tak berguna waktu yang ada di hadapan saya. :'(

Pernah disakiti orang lain itu wajar. Bedanya, mau dendam apa nggak, ama dia. Saya teringat kutipan :
"Jika kamu membenci seseorang, maka ingatlah kebaikannya. Jika kamu menyukai seseorang, maka ingatlah keburukannya."

Jangan salah persepsi Sob.! Maksudnya disini, manusia disarankan untuk tidak membenci orang lain. Dengan mengingat kebaikan orang itu, mungkin akan menghilangkan kekesalan kita sehingga kita tidak terperosok dalam kebencian (Azek.! Terperosok . . . :D )

Kalo yang menyukai, bukan berarti ketika kita suka ama orang, kita jadi harus ngebenci dia. Konteks "ingat keburukan" dia adalah ketika kita mulai menyukai seseorang di "saat tertentu". Misalnya, kayak falling in love. Nah, supaya ke"suka"an kita nggak terlanjur menjadi rasa yang berlebihan-yang akhirnya jadi zina hati (cieee, bahasanya!)- maka kita disarankan untuk mengingat keburukan dia terhadap kita. :D

Saya coba menerapkan ini dalam kehidupan saya. Namun, suatu hari, ada seseorang yang membuat saya kesal terhadapnya. Saya menanamkan kalimat "Jika kamu membenci seseorang, maka ingatlah kebaikannya" ke dalam hati saya. Saya harap kekesalan saya nggak berujung kebencian yang cuma menghabiskan energi saya. Tapi . . lama saya berpikir  . .Hingga . .

"Gimana saya mau ingat kebaikan dia, sedangkan dia nggak pernah baik sama saya ?"

Nah LHO !!!

Selasa, 09 Oktober 2012

Hukum Gravitasi manusia

Manusia hidup itu sesuai dengan hukum gravitasi. Semua benda yang ada di alam pasti akan selalu menuju ke arah pusat bumi. Nah, sama dengan kehidupan manusia, terutama yang mengenai pikiran dan perasaan.

Begini . . 
Kalau kita berpikir tehadap suatu hal, entah itu baik atau buruk, maka seluruh syaraf dalam tubuh akan berkoordinasi untuk membentuk suatu mainset. Jika kita berpikir bahwa, hari ini pasti lebih baik dari kemarin, maka syaraf akan membentuk mainset bahwa hari ini lebih baik dari kemarin. Begitupula sebaliknya.

Masalah perasaan, jika kita emosi pada suatu keadaan, maka kerja syaraf akan terstimulasi untuk membentuk suatu jaringan (emosi dalam hal ini). Semacam sugesti begitulah.

Benda, orang, lingkungan dan keadaan di sekitar kita akan tertarik ke arah pikiran dan perasaan kita yang telah membentuk suatu jaringan / mainset yang kuat, sehingga, jika hal baik yang kita pikir dan rasakan, maka insyaallah semua hal di sekitar kita akan baik pula, karena pikiran dan perasaan kita bagaikan magnet yang mempengaruhi sekitar kita.

Ayo, saya dan anda berkomitman bersama untuk selalu berpikir positif dan ceria supaya kita dapat menaklukkan keadaan sekitar, bukan sebaliknya.!
 

Nge "GALAU"

> Bohong itu dosa y ?
^ Iy . .
> Berarti nggak boleh bohong dong ?
^ Ya nggak lah . .
> Tapi, kalau ngebohongin perasaan gimana ?
^ Berarti dosa dong !
> Ya udah, sekarang saya nggak ngebohongin perasaan saya ama kamu . . :D
^ ?????????

> Aku sayang banget ama kamu . Kamu sayang nggak ama aku  ?
^ Sayang kok. Bahkan, saking sayang nya aku ama kamu, rasa sayangku buat kamu, aku tabungin ke orang lain.
> Kok bisa gitu ?
^ Soalnya, celengan rasa sayangku di kamu udah penuh, jadi buat baru lagi celengan sayangnya di orang lain.
( So sweet atau selingkuh ??? )

Ini cerita beneran dech. Saat sesuatu hal menginspirasi kita, semaksimal mungkin kita wujudkan ita-cita itu hingga tetes terakhir (kayak susu aja). Namun, mencapai tahap finishing, hal tersebut merupakan bayang semu yang membuat kita yang menanggapi nya hanya dapat mengelus dada, mematung berdiri tanpa bisa berbuat dan berkata-kata.

Sedih banget kalau orang kayak gitu. JAHAT ! Lebih tepatnya ! :@
Ini kisah teman cewek saya yang udah pacaran. Awalnya nggak mau dengerin, tapi yaudah, namanya teman, syukur kalau bisa menghibur :D. (Lagi-lagi) tentang hubungan mereka yang sudah menjalin tali kasih hampir 3 tahun. Ironisnya, Kisah cinta mereka ditutup karena orang ketiga dan lebih parahnya, cowok dia milih orang ketiga itu.

Ngebaca kisahnya sich udah biasa banget, umum, kayak sinetron banget. Awalnya saya juga gitu. Udah nggak zaman yang begituan. Udah basi ! Tapi Ngedengerin cerita dia, akhirnya saya berpikir juga, bahwa . . . .
" KENANGAN yang HAMPIR 3 TAHUN itu mau DIAPAKAN , hanya karena ORANG KE 3 ? " 

Pampi Girls

 Sob, saya mau sharing nich tentang teman-teman saya yang kocak nggak karuan.

Pampi Girls tu sebutan kita ber 4. Awalnya, kita rame-rame mulu, tapi, keseringan jalan berjejer ber 4 ngebuat saya mikir kalau kita di shoot dari depan kayak yang di film-film :D (imajinasinya lebay :D). Tapi beneran dech, klo kita jalan bareng tu kayak ara pejuang, so saya menamakan kita sebagai "Pejuang Desa". Tapi, pejuang desa itu adalah nama salah satu organisasi di kampus kita.
Suatu hari, kita sholat di salah satu musholla sekitar kampus saat kita lagi bertualang (kita sering bertualang lhooo . . .B-)). waktu saya mau takbir, Mba Vita nyeletuk, Pencari Mimpi. Bertepatan dengan itu, saya ingat novel Sang Pemimpi. Seiring berjalannya waktu (tsaahhhh  .. ), saya mengusulkan bahwa nama kita di change dengan Penggapai Mimpi, coz, kalau nyari mimpi doang, kesannya gimana gitu . .:D. Finally,  We are Pampi Girls. (Jengjeng! Prok. . . Prok . . .Prok . . .)
Kita ber 4, saya, Nida, Anggi dan Vita kegabung secara nggak sengaja waktu kita satu kelas matrikulasi. Kenal Nida, karena kita teman 1 asrama, 1 lantai dan lorong dia 3b, depan lorong saya, 3a. Kenal Anggi karena kita 1 jurusan (yang kurang sreg buat tujuan awal kita). Kenal Vita, karena dia teman dekatnya Anggi 1 sekolahan. Karena mereka semua lebih dewasa daripada saya, makanya saya panggil Mba semua. (Kata teman saya, panggilan Mba itu buat tukang jamu , . :o). Ok, let me describing their profile . . (Halah, ngomong opo lah . .?)

1. Nida Farihah
Anak Jakarta yang modis, kalem waktu awal doang dan setelah kenal, alay nya ngelebihin saya. :D (Emang nipu banget tu muka.!). Cakep, sekilas mirip orang luar (luar kota :p) dan paling rempong sedunia. Hati-hati sich orangnya, tapi ya kehati-hatiannya itu yang buat rempong. Kalo mau berangkat bareng, getol banget ngampirin ke kamar saya. Janjian jam setengah 8 pagi keluar kamar, jam 7 lewat 13 udah nongol di depan pintu kamar. Lha? Janjian jam berapa, datangnya jam berapa . . :( Tapi, yang saya suka dari beliau (serasa tua banget) adalah ketika saya di lorong berteriak "Mba Nidaaaaaaaaaaaaaaaaaa . . " dan menggemparkan 1 asrama. :D. Anak Kimia yang sesungguhnya saya kasihan sama dia, tiap Sabtu kuliah yang menjadikan dia nggak bisa pulang dan akhirnya cerita ke kita kalau dia,  . . . . kangen ama ponakan nya (Gubrak.!) Kalau cerita, semangat banget! Xpresi nya dapet, menjiwai banget! Kadang sering buat konyol depan kita dengan gaya meniru orang lain.1 lagi, ni orang paling galak diantara kita 4.

2. Septina Tri Anggiani
Anak Bekasi yang paling sering pulang. Janji doang siang, sorenya pulang :( . Anaknya care ama saya, apalagi soal makan. "Lagian lo ngapain sich pake nggak makan segala, ujung-ujungnya sakit kan?" Itu kalimat yang pernah beliau utarain waktu saya sakit. Punya cowok anak UGM dan saya rasa beliau tipe cewek setia (Azzzeeekkkk.!) Paling simple dan nggak mau bertele-tele. Paling sering nggak senyum. Kalau ketemu dia di jalan, minggir semua dach orang. Galau banget kalo tugas atau PR belum kelar. Bawel banget kalau masalah itu mah. Xpresinya aneh kalau saya lagi cerita, antara nyambung dan nggak nyambung. makanya, setiap saya selesai ngomong ama dia, saya tanya, "Maksud kan Mba?" yang dijawab dia dengan muka khasnya. :D

3. Vita Rachmawati Nur
Anak yang jalannya unik. Yang saya suka dari dia, gesit. Paling sering ketawa. Dikit-dikit, ketawa. Nggak ada yang lucu pun dia ketawa.! Aneh! Sibuk ama UKM Century nya (kewirausahaan) dan saking cinta nya ama UKM nya, ampe hal apapun termasuk hadiah dari Century juga diperjualbelikan buat usaha. Subhanallah. Jiwa wirausaha nya itu nancep banget di tubuhnya. Termasuk aktif, makanya, kadang dia nggak bisa umpul ama kita :(. Anaknya nyelow, tapi ya kelar juga. facenya dia itu selalu gitu, mungkin udah dari sananya. Saya rasa dia senyum terus, meski jalan sendirian. Saya juga nggak habis pikir, dia senyum ama siapa kalau jalan sendiriran. Waktu matrikulasi, orang ini yang paling sering saya panggil "Mba Vita . . ." dan dia kegelian !

dah, kayak nya itu dulu yang bisa saya sampaiakan. Kurang lebihnya mohon maaf (formal banget!). Mudah-mudahan keunikan kita bisa mempererat ukhuwah. Aaamiiinnn . . (Kayak tausyiyah aja :D)
Tunggu edisi selanjutnya ya . . 


Kamis, 04 Oktober 2012

Pengalaman menyesalkan

Buat cerita aja . .

Pertama kali masuk Asrama TPB IPB, bangganya setengah dewa soalnya nempatin gedung paling tinggi diantara gedung yang lain (serasa apartemen) B-). Usut punya usut, akhirnya denger berita dari asrama lain kalo ada pencurian. Saat ngedenger issue itu, sedikit bersyukur dalam hati karena gedung saya nggak kena. (gedung saya?). Akhirnya, diceritain ama kakak tingkat kalo pencurinya juga cewek, begini, begini dan begini.

Menghela napas. Sedih. Timbul pertanyaan dalam diri saya, hal apa yang melatarbelakangi cewek itu berprofesi menjadi pencuri ? (Profesi . .:D) Kalo emang anak kampus, apa iya sampai hati dia melakukannya ? Kalo emang bukan anak kampus, apa iya dia punya jaringan ? (Shuudzan :D).
tapi itu semua hanya pertanyaan saya di dalam hati yang membuat saya sedikit waspada. Hanya saya yang tahu.

Suatu hari, karena ada janji dengan teman saya, saya bergegas keluar kamar, mau turun ke lobby. Berpapasan lah dengan seorang cewek yang saya anggap biasa saja, meski gerak geriknya mencurigakan. Tapi saya "Positive Thinking". Toh, dia tidak mencelakakan saya. Tapi saya penasaran juga. Saya bersembunyi di balik tangga melihat dia. Sialnya, waktu ngintip, dia ngeliat saya.! (mata-mata yang nggak professional B-)). Saya kaget, dia juga. Jadi, saya dan dia sama-sama kaget. :D

Saya turun ke bawah, mo cerita ama teman saya. Belum aja saya membuka mulut, dia udah di lobby bawah dengan berjalan tergesa. Saya naik ke atas, memastikan ada barang hilang atau tidak dan ternyata, , , 
BENAR DIA PENCURINYA.!

Saya berteriak dari atas kepada teman saya yang dibawah untuk mengejar dia dan teman saya menyahut, " Hah . ? Apa Zi ? gag kedengeran ! " PLAK.! Saya berlari turun tangga, mengejar keluar gerbang asrama, dan kalian tahu ?
NIHIL. !
Dia naik ojek .!

Penyesalan yang amat sangat dalam dan berkepanjangan sejak peristiwa itu, hingga akhirnya membuat saya menyerah pada keadaan dan harus menceritakan kepada Kakak tingkat saya.

"terkadang kita harus berpikir jahat terhadap suatu hal"
Itu respons yang saya dapat dari beliau. (Prok . .Prok . .Prok . .) 

Hal penting dalam hidup

Kenangan itu . . Membuat kita bahagia . .
Kenangan itu . .Membuat kita terluka,,,

Itu sebagian orang yang lagi galau inget am kenangannya . .
Yang lalu biar berlalu,. Pepatah lama yag hampir basi,.

Kita hidup sekali Coy, tinggal pilih, mo seneng apa sedih.
Kita seneng, tetap hidup. Kita sedih juga tetap hidup. Mending hidup seneng kan daripada hidup sedih . .:D

"Gua kesal ama cowok gua yang gag pernah tahu kemauan gua", salah seorang teman curhat ama saya.
Lho . ?
Cowok nya itu manusia juga lho.!
emangnya paranormal . ? Yang bisa ngeramal kemauan kita.

"Gua BT ama BoNyok gua. Giliran ada di rumah, dimarahin.! Gag ada, dicariin.! Mo nya apa lah?"
Lho . ?
Klo ada di rumah didiemin, ya garing tho.! Klo gag ada di rumah, ya gag ada objek buat omelan tho ?!

Jadi, slow aja Coy kalo nanggapi sesuatu. Bukan berarti disikapi dengan ditunda-tunda atau dianggap remeh.
yang penting, Santai tapi selesai masalahnya.

Bukan lagi masalah "Lo, Gue, END.!" Tapi sekarang . ..
"Lo, Gue, friEND.!" ;)

Selamat memilih jalan dalam kehidupan. :)


Pengalaman Matrikulasi IPB

Alhamdulillah,.,.,.
ALLAH mengabulkan doa hamba Nya yang tengil ini,. :D
Meteorologi Terapan IPB 2012, angkatan 49.
Itu status saya, terhitung sejak tanggal 1 September (Klo gg salah).

Pengumumannya, 26 April 2012, SNMPTN Undangan . .B-) (Maf Coy, bukan bwt pamer)

Meski emang cinta mati ama Statistika IPB tapi ALLAH memberi saya jalan untuk berkarya di Meteorologi nya . .:D

Siti Lailatul Fauziyah, Departemen Meteorologi Terapan, FMIPA, IPB.
Gitu kalo memperkenalkan diri,. :D (Disuruh Rektor nya)

Kakak kelas yang udah duluan di IPB sebagai terrorist (menyebarkan issue gimana di IPB) mulai koar-koar hal apa aja yang perlu dipersiapakan untuk matrikulasi, yang merupakan hal wajib bwt anak Undangan. (Gubrak! Blm apa-apa udah di bebani :'( )
Oke. . Go to IPB, 9 Juni 2012. (Padahal masuk Asrama 27 Juni 2012 :D)

Matrikulasi,,, seru,,,
Udah cuma 1 pelajaran, sama kayak SMA pula materi nya.!
Cuma 2 jam perhari, Senin ampe Jumat.! Tu juga kadang 1,5 jam. Yang lebih menyenagkan lagi, Dosennya ngebolehin bobok di kelas. ( Surga dunia banget dach pokoknya.! B-) )
Eits, tapi gitu-gitu juga ada UTS, UP, dan UAS lho . . Gak ketinggalan tugas tiap hari. Tapi,,, LA LIGHTS dech, Enjoy Aja . .;) (Ngiklan, , , :D)

udah. Itu aja pengalaman matrikulasi nya. TPB nya nyusul, karena masih otw juga. UTS semester 1 aja belum, mau posting TPB 1 tahun. :D


 

Cerpen Suga



Sahabat itu . . . . .

Suga merengut.
Begitulah ia setiap harinya, sepulang sekolah.
Masuk rumah, langsung ke kamar.
Entah apa  yang dikerjakannya, hingga betah mengurung diri seharian.
Ia selalu diam jika ditanya oleh sang mama.
Diajak makan siang pun tak mau.
Sang mama jadi khawatir oleh kelakuan anak semata wayangnya itu.

Ya!!
Suga memang telah berubah akhir-akhir ini.
Tak ada yang tahu penyebab ia berubah menjadi seperti itu.

“Assalamualaikum..,” terdengar suara orang dari luar.
“Waalaikumsalam.Eh,,nak Acha. Mari masuk!” sambut Tante Wulan, sang mama.
“Suga nya ada Tante?“ tanya Acha.
“Oh,,ada di kamarnya tuh. Nggak tahu! Akhir-akhir ini, Suga berubah. Setiap pulang sekolah, langsung masuk kamar. Nggak keluar-keluar kecuali mau berangkat sekolah. Itu aja kadang nggak pamitan sama Tante. Heran deh!” keluh Mama Suga .
“Hmm.. kenapa ya Tante? Masalahnya, dia juga di sekolah kayak gitu Tante! Murung terus. Tiap istirahat, selalu menyendiri di kelas. Diajak keluar nggak mau,” Acha menambahkan.
“Coba deh, kamu tanya sama dia! Mungkin dia mau ngomong sama kamu,” kata Mama Suga.
“Iya deh Tante, Acha coba. Mungkin dia mau cerita,“ kata Acha sembari pergi menuju kamar Suga.
Di depan pintu kamar Suga, Acha mengetuk pintu.
“Ga, ga, lo kenapa sich?“ tanya Acha sewot.
“Nggak! Gua nggak kenapa-kenapa kok. Lo ngapain ke sini? Pulang aja sono! Gua lagi pingin menyendiri!” sahut Suga dari dalam kamar, ketus!
“Yaela.. lo kenapa sich?  Kok jadi ngusir gua?  Lo tuh nggak bakal pernah bisa betah sendirian. Buka pintunya kenapa?” Acha terus mendesak.
“Nggak! Mendingan, lo pergi aja sono deh! Gua lagi nggak pingin di ganggu!“ timpal  Suga.
“Gua nggak bakal pergi, sebelum lo buka pintu ini! Apa gua dobrak aja, pintu ini? Mau nggak? Buka pintu apa dobrak?“ ancam Acha.
Akhirnya, dengan perasaan kesal, Suga membukakan pintu kamarnya.
“Nah, gitu dong. Ini baru namanya Suga. Eh, lo kenapa sich? Kok jadi aneh gini? Nggak di sekolah, nggak di rumah, sama aja cemberutnya. Kenapa sich? Cerita-cerita dong… Buat orang khawatir aja deh! Kasihan tuh, nyokap lo, mikirin lo terus..” Acha nyerocos.
“Nggak! Gua nggak kenapa-kenapa kok!” jawab Suga datar, tanpa ekspresi.
“Nggak mungkin! Lo nggak bakalan diam kalau nggak ada masalah. Biasanya aja lo selalu buat kehebohan di kelas. Tapi, karena lo kayak gini, tu kelas sepi banget kayak kuburan. Hiyyyy..,” Acha bergidik.

Acha dan Suga memang sudah lama akrab. Mereka sudah berteman sejak kecil. Mereka adalah sahabat senasib sepenanggungan. Ada gula, ada semut. Di mana ada Suga, disitu ada Acha. Begitulah orang–orang menyebutnya.

Sudah 3 hari Suga tidak masuk sekolah. Seluruh teman–temannya pun mencoba menghubunginya, tetapi tidak bisa. Teman–temannya pun jadi khawatir, terutama Acha. Ia menghubungi Tante Wulan, tetapi hasilnya nihil. Tak ada jawaban dari Tante Wulan. Akhirnya, sepulang sekolah, ia mendatangi rumah Suga. Ia bertemu dengan Bik Cagal, PRT di rumah Suga.
“Bik, Tante Wulan mana bik?“ tanya Acha.
“Oh.. Nyonya lagi di rumah sakit non,” jawab Bik Cagal .
“Di rumah sakit? Memangnya siapa yang sakit Bik?“ tanya Acha.
“Non Suga,” jawab Bik Cagal.
“Hah? Suga? Suga sakit? Sakit apa Bik? Itu anak ternyata bisa sakit juga ya? Kecentilan banget sich, pake di bawa ke rumah sakit segala. Ya udah Bik, sekarang, aku minta alamat Rumah Sakit nya,” pinta Acha.
“Rumah Sakit Sehat Selalu, Jalan Gatot Subroto no. 25,” jawab Bik Cagal.
“Oh,, makasih ya Bik. Makasih.. banget! Ya udah Bik, aku pamit pulang dulu, mau jenguk Suga, si anak kecentilan itu. Makasih ya Bik. Assalamualaikum..” kata Acha.
“Waalaikumsalam. Hati–hati di jalan non,” kata Bik Cagal.

Sesampainya di Rumah Sakit, ia langsung menuju ke resepsionis. Tetapi, meskipun sudah di cari berkali-kali oleh sang resepsionis, tetap saja tidak ditemukan pasien yang bernama Suga. Acha jadi khawatir. Jangan…jangan…

Keesokan harinya, ketika di sekolah, ia melihat semua teman–temannya menangis tersedu sedu. Ia penasaran. Ia bertanya kepada Firas, sang sekretaris kelas.
“Firas, kenapa kalian semua? Kenapa semua menangis? Ayo ngomong! Ngomong!“ tanya Acha penuh emosi.
“Suga Cha, Suga…“ jawab Firas terputus-putus.
“Suga? Ada apa dengan Suga? Apa yang terjadi dengan Suga? Ayo cerita! Kenapa?“ Acha makin penasaran.
“Suga meninggal Cha! Dia bunuh diri!“ jawab Firas semakin terisak.
“Apa? Suga? Meninggal? Nggak mungkin! Nggak mungkin! Aku nggak percaya! Nggak! Aku nggak percaya!“ Acha berlari meninggalkan kelas disusul teman-temannya, untuk bertakziah ke rumah Suga.

Semua orang berduka. Tidak ada yang menyangka akan kepergian Suga yang begitu cepatnya dengan cara yang sangat tragis. Terlebih keluarganya, khususnya sang mama. Ia benar-benar terpukul.
“Sudahlah Tante. Tak usah terlalu disesali. Mungkin memang ini sudah jalan takdirnya. Ayo pulang Tante. Hari sudah mulai sore,” rayu Acha.
Tante Wulan pun akhirnya menurut.
Setelah sampai di rumah Suga, Tante Wulan meminta Acha untuk menginap, menemaninya karena kesepian. Acha pun mengerti dan mengiyakan. Ia segera menelepon ibunya, untuk berpamitan menginap di rumah Suga.
Ketika hari beranjak malam, Acha diminta Tante Wulan untuk tidur di kamarnya Suga. Awalnya Acha ragu. Namun, setelah Tante Wulan meyakinkan tak akan terjadi apa-apa, Acha pun mengangguk. Ia masuk ke kamar Suga. Berbaring, mencoba memejamkan mata. Namun, hingga pukul 23.30 malam, ia tetap tidak bisa tidur. Ia mengamati sekeliling kamar Suga dan matanya tertuju pada sebuah kaset tape yang tergeletak di meja belajar Suga. Ia penasaran. Ia beranjak dari tempat tidur , kemudian menuju meja itu dengan perlahan, diambilnya kaset itu, kemudian disetelnya.

“… Gua percaya kata pepatah. Kehidupan itu seperti roda yang berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Tapi, gua masih belum siap ketika posisi kehidupan gua, ibarat ketika roda ada di bawah.
Sahabat? Apa sich, arti sahabat yang sebenarnya? Gua penasaran. Orang yang selalu ada di samping kitakah? Yang ada dekat kita di saat kita senang, dan meninggalkan kita di saat susah? Apa itu yang namanya sahabat? Atau, orang yang ngerebut orang–orang yang kita cintai, dengan alasan, dia sahabat kita, jadi, harus tahu semua tentang kita, termasuk orang-orang terdekat kita? Orang yang ngerebut orang yang kita cintai, dengan cara menusuk kita dari belakang? Itu yang namanya sahabat? Yang merasa bangga, tersenyum puas dan tertawa senang, ketika mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan? Meskipun kita merasakan sakit yang luar biasa, karena kehilangan orang yang kita cintai, tetapi seorang sahabat tak menghiraukan penderitaan yang kita alami? Sahabat? Itukah sahabat?
Aku pernah! Aku sudah! Aku sering! Mendapat perlakuan seperti itu dari orang, yang mungkin, bisa disebut sebagai sahabat. Dia ngerebut semua orang terdekat ku, yang aku cinta, yang aku sayang, dengan cara menusuk aku dari belakang. Dia bangga, tersenyum puas dan tertawa senang, ketika ia berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan, merebut orang-orang yang aku sayang! Dia beserta mereka (yang sekarang sudah menjadi miliknya), meninggalkan aku begitu saja! Dia tidak menghiraukanku. Mereka meninggalkanku dalam penderitaan dan  keterpurukan yang amat sangat. Meninggalkan luka yang mendalam, karena aku harus kehilangan orang–orang terdekatku.
Aku sakit! Aku nggak kuat! Aku nggak sanggup, menerima kenyataan ini! Aku nggak tahan..!
Lebih baik aku mati saja, daripada aku harus hidup dalam penderitaan…!“

Acha terhenyak! Sahabat? Itukah dirinya?
Ia masih memikirkan kata-kata Suga. Ketika pukul 00.00, seketika angin berhembus kencang. Lampu kamar Suga seketika padam. Jendela terbuka secara tiba-tiba. Gordyn beterbangan. Setelah itu, ia melihat sesosok bayangan berkelebat dan menuju ke arahnya. Ia ingin berteriak, tetapi tidak bisa. Dan..

Keesokan harinya,,,
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa . . . . . . “ teriak Tante Wulan.
Acha ditemukan terduduk dalam keadaan tak bernyawa di meja belajar Suga dalam keadaan memegang kaset tape yang sudah berwarna merah, berlumuran karena darah!